Kamis, 23 Februari 2012

chapter 2

"Ehm, begini – " Sakura menggantung kalimatnya sambil menatap satu per satu rekan tim dan gurunya itu.
"Ya Sakura-chan?" Naruto menunggu lanjutan ucapan gadis merah muda di hadapannya itu
"Minggu depan – " Sakura mengambil napas sejenak untuk melanjutkan ucapannya, " – aku akan menikah".
Naruto terkejut mendengarnya. Kakashi hanya sedikit menunjukkan reaksi kagetnya karena dia sempat mendengar kabar itu dari Tsunade, meski dia tak tahu betul kapan pernikahan itu akan diadakan. Dan Sasuke, terdiam, membeku.
Ucapan gadis itu benar-benar menggetarkan segalanya. Sesuatu yang tersimpan rapat-rapat di hati Sasuke kini terpaksa terbuka. Ada hal penting yang akhirnya kini baru terlambat disadarinya!
'why did i fall in love with you?'
"BENARKAH?" Naruto berteriak begitu kencang setelah kesadarannya kembali.
"Untuk apa aku bercanda Naruto?" Sakura menatap Naruto dengan wajah jengkel.
"Tapi mengapa begitu mendadak? Pantas saja tadi kalian datang bersama! Ternyata kalian akan segera menikah!" keterkejutan itu masih belum bisa hilang di wajah pahlawan muda itu.
'Siapa yang dimaksud dengan kalian itu?' Sakura semakin jengkel menatap pemuda bermata blue sapphire itu. meski begitu ada bagian hatinya yang perih mendengar penuturan polos dari sahabatnya itu, gadis ini tahu betul apa maksud dari ucapan yang tadi diucapkan oleh Naruto.
Kakashi yang menyadari maksud ucapan Naruto hanya bisa menghela napas panjang. Muridnya yang satu ini memang tidak pernah bisa membaca situasi dengan baik. Ucapannya tadi justru akan menyakitkan bagi murid perempuannya itu, yang dia tahu jelas sampai kini tetap sulit untuk melupakan pemuda Uchiha yang sekarang berdiri tepat di sisinya itu.
"Dengarkan penjelasannya dulu sampai selesai Naruto," ucap Kakashi sambil meraih bahu Naruto.
"Ah baiklah. Maaf Sakura-chan," katanya sambil nyengir dengan wajahnya yang merasa bersalah.
"Emm, tidak apa. Sebelumnya aku ingin meminta maaf karena begitu mendadak memberitahu hal ini, aku tidak ingin memberi tahu kalian jika hal itu belum benar-benar aku putuskan," ucap Sakura jujur, wajahnya terlihat sendu menatap wajah-wajah di hadapannya. Kesedihan wajah itu bukan karena dia merasa bersalah pada yang lainnya, tapi perasaan itu hadir karena adanya pemuda itu.
Keputusan ini sudah sejak awal dipikirkannya dengan baik. Dia tak mau begitu saja menerima lamaran dari pria manapun jika dia tak sungguh-sungguh menyukainya. Tapi ada hal lain yang lebih penting, dia tentu tak ingin selamanya menunggu perasaan cintanya terbalas. Sedangkan dia sendiri tak pernah berani bertanya perasaan sesungguhnya yang dimiliki oleh pemuda yang dicintainya itu. karena itu kali ini dia merelakan perasaan itu untuk pergi. Meski untuk menguburnya butuh waktu yang panjang dan usaha yang tidak mudah.
Namun dia tak menyangka ternyata hadirnya pemuda ini kembali menggoyahkan hatinya. Meski dia tahu bahwa mungkin pemuda ini tak memiliki perasaan apapun padanya, tapi sebagian hatinya entah mengapa mengharapkan pemuda itu mencegah pernikahannya nanti…
"Tidak masalah Sakura, asal kau bahagia kami tentu ikut bahagia," Kakashi tersenyum lembut menatap gadis merah muda itu sambil mengusap pucuk kepalanya.
"Terima kasih sensei," ucap gadis itu sambil balas tersenyum hangat.
"Jadi siapa pemuda yang beruntung itu?" tanya Naruto antusias, sekilas matanya melirik ke arah rivalnya.
"Kalian sudah sangat mengenalnya tentu saja," jawab Sakura sambil tersenyum lebar.
Melihat hal itu seketika membuat Sasuke sesak. Menyadari bahwa gadis di hadapannya ini begitu bahagia membicarakan seorang pria, yang jelas-jelas adalah bukan dirinya.
"Jangan katakan padaku bahwa pemuda itu adalah si alis tebal Sakura-chan?" Naruto berteriak histeris dengan wajahnya yang seketika itu berubah menjadi horror.
"Ahahaha… astaga Naruto, Lee tak seburuk itu kok. Tapi tentu saja pemuda itu bukan Lee, sayangnya dia lebih tampan dari Lee kalau kau mau tahu," Sakura menjawab dengan wajah sedikit merona.
"Siapa yaa? Aku tahu pasti dia menjadi pemuda yang paling beruntung di dunia," Naruto menerawang dengan mata berbinar.
"Jangan berlebihan!" Sakura memukul pelan bahu Naruto meski wajahnya menatap pemuda itu dengan senyum yang hangat.
"Sepertinya aku tahu siapa dia," suara berat itu mengalihkan pandangan tiga orang lainnya yang ada disana.
"Jadi Kakashi sensei sudah tahu sejak awal? Ahh! Pasti Tsunade shishou yang sudah memberitahumu kan?" Sakura menatap gurunya itu dengan wajah terkejut.
"Ah yaa begitulah, haha," jawab Kakashi sambil menyentuh belakang rambut perak miliknya itu.
"Kalau begitu kau jangan beritahu Naruto! Biar dia menebaknya dulu senseiii," Sakura melangkah hendak membungkam mulut sang guru.
"Tentu aku akan tutup mulut Sakura," kata Kakashi sambil mengangguk paham.
'Aku seperti tak dianggap. Apa karena aku sendiri tak berusaha menanggapi apapun dalam pembicaraan ini?' Sasuke mendesah dalam hati, sekejap pandangan matanya terlihat sendu.
"Aku boleh menebak?" suara dingin itu kontan membuat Sakura, Naruto dan Kakashi menoleh ke pemilik suara.
"Aaa – tentu saja boleh Sasuke-kun," Sakura mengangguk gugup menanggapi pertanyaan Sasuke yang tiba-tiba itu.
"Apa dia bukan berasal dari Konoha?" tanya pemuda Uchiha itu, dengan nada sedikit ragu.
"Emm, iya," Sakura mengangguk mengiyakan. Sasuke berpikir sejenak, ia sebenarnya tak sungguh-sungguh bertanya hal itu. ia tahu ada begitu banyak hal yang sudah terlewati dan tidak diketahui olehnya selama ia pergi meninggalkan desanya ini. Tapi ia berusaha sedikit peduli kali ini, tak ingin Sakura merasa dirinya acuh pada kabar gembira yang sudah dikatakan oleh gadis itu.
"Aku tahu! Aku tahu!" Naruto mengacungkan jarinya kegirangan, seperti mendapat sebuah pencerahan setelah sebelumnya dia terdiam sejenak memperhatikan pertanyaan Sasuke dan menganalisanya.
"Silahkan tebak Naruto, aku tidak melarang kok," Sakura menatap Naruto dengan wajah geli, sikap pemuda itu memang tak pernah berubah, selalu berisik dan bersemangat.
"Pasti pemuda beruntung itu Gaara kan? Siapa lagi teman dekat kita yang berlainan desa coba. Astaga Sakura-chan, aku tak menyangka si Kazekage dingin itu ternyata menyukaimu," Naruto berteriak histeris.
"Berhenti berteriak terus menerus Naruto!" ucap Sakura geram, lama-lama gadis ini sangsi pendengarannya bisa rusak karena suara melengking sahabatnya itu.
"Tapi, jawabanku benar atau tidak?" kali ini volume suaranya menurun, meski wajahnya masih menunjukkan ketidakpuasan.
Sakura terdiam sejenak. Emerald hijaunya mengamati satu persatu orang di hadapannya. Sampai emerald itu bertemu onyx, sesaat gadis itu membaca ada emosi tersirat yang tak di mengertinya dari mata hitam kelam itu. Namun gadis itu berusaha mengabaikannya dan tak berniat mengartikannya secara ceroboh, ini demi hatinya.
"Hemm, begitulah," Sakura mengangguk dengan rona merah tercetak jelas di wajahnya. Meski dia tak bisa memungkiri bahwa perasaan cinta untuk Sasuke masih ada dan begitu kuat di hatinya, tapi dia juga tak bisa menghianati Gaara setelah begitu banyak pengorbanan pemuda itu untuknya. Terutama usaha pemuda itu untuk menghiburnya, membantunya melupakan cinta pertamanya yang sepertinya tak akan pernah terbalas. Karena itu dia bersyukur sekali bisa bertemu dan mengenal pemuda berambut merah itu, dan tak berniat menolak lamaran darinya. Dia gadis yang pandai, dan dia tahu bagaimana mengambil keputusan yang baik di usianya yang sudah bukan terhitung remaja ini.
Sasuke mendadak sulit bernapas. Pemandangan itu membuatnya merasa seperti hatinya terhantam godam yang begitu berat, sakit dan menyesakkan. Rasa sakit ini bukan seperti sakit yang didapatnya saat bertarung melawan Naruto, saat dirinya merasa hampir sekarat itu. Keadaan saat itu memang menyakitkan, tapi kali ini sakit yang dirasakannya jauh lebih menyakitkan. Menyakitkan karena ia sendiri tak tahu bagian dari dirinya yang mana yang tepatnya merasa sakit. Melihat gadis itu, gadis yang pernah mencintainya, sedang tersenyum dengan wajahnya yang merona bahagia. Bahagia karena dia akan segera menikah, dan jelas pemuda beruntung itu bukan dirinya. Ia merasa terlambat, entah terlambat untuk menyampaikan hal apa ia sendiri pun tak tahu. Yang jelas ia merasa kesempatan itu seperti menghilang dari hadapannya, pintu bercahaya yang tadinya ia pikir dengan mudah ia genggam dan segera ia buka, kini lama-lama semakin menjauhinya dan meninggalkannya di sebuah ruangan gelap, yang membuatnya muak dan ingin segera lepas dari apa yang sekarang ia rasakan.
"Kau tak ingin mengucapkan selamat, teme?" pertanyaan itu seketika menyentak Sasuke untuk kembali sadar.
"Kau – baik-baik saja Sasuke-kun?"
Pertanyaan itu lagi. Wajah khawatir itu lagi.
'sampai kapan kau mau mempermainkan hatiku seperti ini Sakura?'
'Sampai kapan kau mau berhenti bersikap seperti itu? sikapmu semakin lama membuatku semakin menginginkanmu!'
pemuda berambut raven itu menjerit dalam hati.
"Aku tidak apa-apa. Selamat atas pernikahanmu, Sakura," Sasuke berkata datar, wajahnya menunjukkan emosi yang tak begitu berarti. Ia mengulurkan tangannya ke arah Sakura.
"Terima kasih, Sasuke-kun, terima kasih," ucap gadis itu tulus, dibalasnya uluran tangan pemuda dihadapannya. Sekejap bisa Sakura rasakan tangan hangat itu bergetar saat disentuhnya, namun saat emerald itu menatap pemuda dihadapannya, ia tetap bergeming, datar dan tanpa emosi. Maka sesaat setelah itu, Sakura melepas perlahan genggaman tangan itu.
"Nah Sakura-chan, dimana pernikahanmu akan dilaksanakan? Aku harap kau melaksanakannya di Konoha saja, aku tak mau panas-panasan jalan ke Suna," kata Naruto asal.
"Baka! Biar bagaimanapun Suna itu tempat tinggal calon suamiku, jangan seenaknya ngomong ya," Sakura refleks menjitak kepala Naruto.
"Awww! Sakit Sakuraaaa…" Naruto merintih sambil memegangi kepalanya yang tadi dijitak Sakura.
"Hhhhh," tanpa sengaja Sasuke mendesah. Sudah hampir kira-kira lebih dari ribuan jarum serasa menusuk jantungnya setiap kali gadis merah muda itu mengatakan perihal calon suaminya itu.
"Sudah hentikan, kalian ini bertingkah masih saja seperti anak kecil. Lihat berapa usia kalian sekarang," Kakashi menengahi kembali pertengkaran kecil kedua muridnya itu.
"Maaf…" ucap mereka bersamaan.
"Baiklah Sakura, berita gembira itu sudah disampaikan. Kalau ada hal yang kau butuhkan silahkan minta bantuan saja. Sekarang aku masih ada tugas dari Tsunade-sama," Kakashi menatap murid perempuannya itu sambil menyentuh puncak kepalanya.
"Arigatou sensei," ucap gadis itu dengan wajah berbinar karena terharu.
"Douita. kalau begitu sampai jumpa," balas Kakashi sambil tersenyum dan kemudian menghilang dari hadapan ketiga orang itu.
"Aku juga harus segera menemui Hinata, Sakura-chan. Ada janji dengannya hehehe," kata Naruto sambil nyengir memamerkan barisan giginya yang putih.
"Tidak apa Naruto, terima kasih sudah datang kesini dan mendengarkanku cerita. Salam ya untuk Hinata-chan".
"Pasti nanti aku sampaikan. Oy teme, kau ada acara sehabis ini?" tanya Naruto pada Sasuke yang sejak tadi masih terdiam.
"Hn, tidak," jawab pemuda itu singkat.
"Kalau begitu, kau antarkan Sakura-chan pulang ke apartemennya ya! Oke!" perintah pemuda Uzumaki itu sambil kemudian berlalu dari kedua pasang manusia itu.
'Seharusnya aku tak menjawab tidak tadi!' Sasuke mengutuk dirinya sendiri dalam hati.

Suasana kali ini hening, tanpa ada satupun yang berusaha membuka percakapan. Sakura kini menjadi canggung karena mendapati sikap Sasuke yang terlihat lebih dingin dari biasanya. Sasuke sendiri tak ingin membuka mulut, karena ia tak punya alasan apapun untuk mengajak Sakura berbicara. Ia tak punya bahan obrolan apapun, apalagi setelah mengetahui gadis di sampingnya ini sebentar lagi akan menjadi istri orang. Membayangkannya saja membuat Sasuke lemas sendiri.
"Sasuke-kun…" panggilan itu menyadarkan Sasuke dari lamunannya.
"Hn?" ia mengalihkan pandangannya pada gadis di sampingnya itu. hal yang tidak biasa yang dilakukan oleh pemuda Uchiha ini.
"Kau tahu, salah satu keinginanku yaitu suatu saat kau mau mengantarku pulang ke rumah, hanya berdua saja seperti ini – " gadis itu menghela napas ," – tapi itu dulu".
Obsidian itu membulat, terkejut mendengar penuturan jujur dari sang gadis. Ia tak tahu harus mengatakan apa untuk menjawab ucapan gadis itu.
"Kau tak perlu menjawab, cukup mendengarkan saja. Kau bersedia?" tanya Sakura sambil menoleh ke arah Sasuke. Dan pemuda itu langsung mengangguk setuju.
"Aku dulu pernah membayangkan, suatu saat kau bisa benar-benar peduli padaku. Hanya padaku, tapi nyatanya sepertinya aku tak pernah terpikirkan sama sekali ya di pikiranmu?" kata gadis itu mendesah. Pertanyaan itu retoris, dia tak butuh jawaban, dia seperti bicara pada dirinya sendiri, meskipun dia jelas tahu bahwa orang yang dimaksud dalam ucapannya berjalan tepat di sampingnya.
'Kau salah…' Sasuke menjawab dalam hati. Ekspresi mukanya miris memandang wajah sendu di sampingnya itu.
'… Hanya kau yang sesungguhnya benar-benar aku pikirkan. Karena itu aku tak mau melibatkanmu pada masalahku yang sangat berat itu' kata-kata itu hanya sampai pada tenggorokannya, berhenti disana dan tak membiarkannya mengucapkan kata itu.
"Kau tahu, betapa banyak hal yang selalu aku bayangkan bisa aku lakukan bersamamu, meskipun aku tahu itu tidak mungkin, hemm tapi aku tetap berharap suatu saat aku bisa melakukannya," mata emerald itu menerawang, membayangkan sesuatu.
'Katakan apa yang ingin kau lakukan bersamaku, dan aku pasti aku mengabulkannya, Sakura…' ia sungguh ingin menjawab ucapan itu, tangannya sudah terkepal, ia menahan gemeletuk giginya yang sedang beradu saat ini. Gadis merah muda ini memintanya diam, tak perlu menjawab, dan ia telah menyetujui hal itu maka akhirnya ia hanya bisa terdiam.
"Aku merasa pernah menjadi gadis paling bodoh, saat dulu aku rela melakukan apapun untuk bisa bersamamu, bisa mendapatkanmu," katanya mendesah, kecewa.
'Dan sekarang, aku merasa menjadi pemuda paling bodoh, karena kini aku rela melakukan apapun untuk bisa bersamamu, mendapatkanmu kembali. Namun aku tak tahu harus berbuat apa' Sasuke mengerang frustasi, hampir ia akhirnya mengucapkan apa yang ada di dalam hatinya itu. ia menyesal, melihat kekecewaan gadis itu, penuturan gadis itu yang menganggap dirinya bodoh karena pernah merelakan dirinya untuk bisa bersamanya.
"Kau tentu tahu kan, dulu Naruto pernah mencintaiku? Aku juga merasa bodoh saat kini aku sadar pernah menyia-nyiakan cintanya begitu saja. Dia pemuda baik dan yang paling dekat denganku, tapi aku bersyukur kini dia bahagia bersama Hinata," ucap gadis itu, kali ini dia tersenyum lembut.
'Aku juga merasa sangat bodoh saat aku sadar kini bahwa aku pernah menyianyiakan cintamu begitu saja' oh Tuhan, rasanya Sasuke ingin berteriak di hadapan gadis ini bahwa ia pun merasakan hal yang sama. Benar-benar sama namun hanya berbeda objek yang ditujunya.
"Oh dan ya! Aku juga sedih dan kasihan pada diriku sendiri Sasuke, saat aku mengingat betapa menderitanya aku saat kau – pergi, meninggalkanku dulu," tenggorokan Sakura hampir tercekat saat mengucapkan hal itu. itu adalah hal terberat dalam hidupnya, saat dia mengetahui kenyataan bahwa orang yang dicintainya pergi meninggalkannya. Entah sudah berapa banyak air mata dia buang untuk kepergian seorang Uchiha Sasuke.
'Aku juga mengasihani diriku sendiri saat menyadari betapa menderitanya aku sekarang, saat kau akan pergi bersama orang lain' Sasuke mengerang dalam hati. Tangannya mengepal saat kembali mengingat bahwa gadis ini akan segera menikah, dan itu berarti semua kesempatannya untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu tertutup sudah.
"Sesungguhnya, aku pernah, benar-benar pernah membayangkan suatu hari kau yang akan hidup bersamaku Sasuke, bahwa suatu hari aku akan – menikah denganmu," Sakura berkata lirih, air matanya hampir menetes saat ini. Mengungkapkan semua isi hatinya sama saja menelanjangi dirinya sendiri kalau mau tahu, tapi ini keputusannya. Dia sudah terlanjur mengatakan sebagian isi hatinya.
'Aku hampir membayangkan kau akan menjadi istriku Sakura, kalau saja kau tak mengatakan bahwa ada pria lain yang telah lebih dulu melamarmu!' teriak! Ia berteriak susah payah dalam hatinya, menahan semua gejolak amarah, kecewa, patah hatinya yang hanya bisa ia simpan rapat-rapat jauh di dalam dirinya. Kalau bukan karena ia telah begitu banyak menyakiti hati gadis ini, pasti ia masih berani untuk meminta gadis ini menikah dengannya, pasti ia masih punya muka untuk meminta hal itu, namun sekarang rasanya tak pantas mengingat semua perbuatannya yang sudah membuat hati gadis ini hancur.
"Dan kau tahu Sasuke-kun – " gadis itu menghentikan ucapannya, dia berbalik dan memandang onyx sehitam malam yang kini juga balas memandangnya ," – sesungguhnya, sampai sekarang aku belum benar-benar melupakanmu, karena aku masih sangat mencintaimu," gadis itu berujar lirih, sangat lirih sampai-sampai semilir angin bisa begitu cepat menyapu semua kata-kata yang baru saja diucapkannya.
Onyx hitam itu membelalak kaget. Ditatapnya emerald hijau itu, ia tahu gadis itu tak berbohong. Tak akan pernah gadis itu berbohong padanya. Tapi kedua tangan kekar pemuda itu tak juga mengulur, meski ia sangat ingin menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Tapi sepasang bibir tipis itu tak juga mau berucap, meski ia sangat ingin mengatakan bahwa kini ia juga sangat mencintai gadis merah muda itu.
Jantungnya berdetak tak wajar, ia dilema. Kini ia ingin sekali mengutarakan apa yang ia rasakan juga pada gadis itu, semuanya. Ia mengangkat kedua tangannya, disentuhnya kedua lengan gadis itu, dicengkeramnya dengan kuat lengan kecilnya. Gadis itu gantian membelalak kaget, menerima sikap Sasuke yang tidak disangka-sangka olehnya. Mata hitamnya berhasil melumpuhkan emerald hijau itu, kini tubuh gadis itu lemas tak berdaya saat tatapan mata itu menguncinya.
"A – aaku…" Sasuke memutuskan ucapannya, dan gadis itu menunggu ucapannya.
"Kau kenapa?" tanya gadis itu terkejut, meski pertanyaannya itu terdengar sangat lirih.
"Sakura, a – aaku , aku turut senang dengan pernikahanmu. Semoga bahagia," akhirnya pemuda Uchiha itu malah mengucapkan hal itu. dilepaskannya pegangan tangannya pada kedua lengan gadis itu perlahan.
Sakura menatap nanar ke arah pemuda di hadapannya. Sekilas hatinya berharap ada keajaiban yang bisa membuat Sasuke mengatakan bahwa pemuda itu juga mencintainya. Meski dia sudah susah payah mengucapkan semua rahasia yang dipendamnya sekian lama, awalnya dia berharap bahwa dengan mengungkapkan semua, itulah akhir dari hubungannya dengan pemuda dingin itu. itu berarti tanda bahwa dia akan melupakan pemuda itu untuk selama-lamanya. Tapi hatinya berkata lain, disaat pertahanan terakhirnya rapuh dan akhirnya dia mengucapkan rahasia besarnya, bahwa dia masih sungguh-sungguh mencintai pemuda itu, justru dia malah berharap bahwa pemuda itu membalas perasaannya saat itu.
"Terima kasih, untuk semuanya," gadis merah muda itu akhirnya buka suara. Bibir pinknya itu akhirnya mengatakan sesuatu setelah tadinya hampir membeku. Dia tersenyum tulus, meski kini perih itu kembali menyerangnya. Hampir meruntuhkan air mata di kedua bola matanya.
"Hemm," Sasuke mengangguk dan menatap gadis itu, dengan pandangan yang tak terbaca.
"Boleh aku minta sesuatu? Untuk terakhir kali?" ucap gadis itu dengan wajah memohon. Hati Sasuke mencelos menatapnya, kemudian ia mengangguk mengiyakan.
"Peluk aku… Sebagai ucapan selamatmu, dan sebagai perpisahan untukku, tepatnya untuk perasaanku, Sasuke-kun," pintanya perlahan.
Sasuke tercengang. Gadis ini meminta ia untuk memeluknya? Hal yang dari tadi sesungguhnya ingin ia lakukan pada gadis itu?
"Maaf karena permintaanku ini egois, atau mungkin aneh dan menyebalkan untukmu, tapi aku – " ucapan gadis itu terhenti saat dia menyadari kini tubuhnya tengah direngkuh oleh pemuda di hadapannya. Sentuhan itu hangat, seperti yang selama ini Sakura bayangkan – bukan – seperti yang selama ini mereka bayangkan.
Sasuke tak akan pernah menyianyiakan permintaan itu, tidak meski itu adalah terakhir kalinya ia bisa menyentuh gadis ini. Begitu dalam perasaan yang kini ia sadari untuk gadis ini, begitu inginnya ia memiliki gadis ini meski itu tak mungkin kini. Tapi ia tak ingin menyesal, menyesal karena terakhir kali mereka bersama, ia tak memenuhi permintaan gadis ini meski hanya sekedar memeluknya. Karena memang hal ini juga lah hal yang diinginkannya.
Sakura melingkarkan kedua tangannya di leher pemuda Uchiha itu. dihirupnya wangi maskulin yang menguar dari tubuh si pemuda, gadis ini berjanji bahwa ini adalah yang terakhir, setelah ini dia akan benar-benar melepaskan perasaan ini. Membuang perasaan cinta ini jauh-jauh, karena itu dia berharap untuk terakhir kalinya dia ingin merasakan sentuhan pemuda ini, pelukan dari pemuda ini. Dan dia tak menyangka bahwa Sasuke akan memenuhi permintaannya seperti ini.
"Domou Arigatou, Sasuke-kun. Aishiteru, dan… sayonara," gadis itu berbisik, kemudian mengeratkan pelukannya dan melepaskannya. Dia berlari menuju rumahnya yang memang sudah sejak tadi ada dihadapannya. Tak berniat menoleh ke belakang lagi, karena dia berniat untuk melepaskan cinta itu, melepaskannya seperti tadi dia telah melepaskan pelukannya dari Sasuke. Dan air mata itu menetes perlahan, seiring dengan langkahnya yang menghilang dibalik pintu apartemennya yang berwarna putih.
"Aishiteru mo, Sakura. Sayonara…" bisik Sasuke sangat pelan. Pemuda itu menatap nanar ke arah menghilangnya jejak gadis merah muda itu. kemudian menutup matanya perlahan, menikmati sentuhan angin yang menyentuhnya lembut kemudian menghilang dalam sekejap. Seperti sentuhan lembut dari gadis yang tadi membalas pelukannya, yang kemudian menghilang dari hadapannya dalam sekejap. Dan ia tahu, gadis itu tak akan kembali untuknya. Karena memang gadis itu sudah mengatakan selamat tinggal padanya, selamat tinggal untuk cintanya.
why did i fall in love with you - DBSK
Why did I fall in love with You :: DBSK [lyrics translation]
Why did I fall in love with you?
No matter how much time had passed
I thought you'd always be here with me
But you've chose a different path...
Why couldn't I tell you my feelings?
My feelings grew every day and night
The overflowing words
although I know, they won't reach you now
Why did I fall in love with you?
No matter how much time passed
I thought you'd always be here with me
That won't happen anymore
Today holds a special meaning for you
Today is the day when you stand with a happy face
You make a vow to God, looking beautiful
Next to a person who isn't me
And being blessed
How should I see you off?
So why did I fall in love with you?
Our past, I can't return there anymore
Why couldn't I grab your hand and take you away?
no matter how much time passes
you're supposed to be by my side
That won't happen anymore...
Even though you're away from me
For your eternal happiness
I'll just wish for it
However lonely it'll make me
Or how hard it'll be

Tidak ada komentar:

Posting Komentar